Pages

Saturday, September 24, 2016

MENULIS LAGI

samhok atau sering disebut sebagai janji palsu (dalam kamus saya sendiri) adalah kondisi dimana seringkali janji dibuat hanya untuk disakiti dan dikhianati. Termasuk janji kala itu ketika saya memutuskan untuk mengadu domba antara keinginan saya menulis dengan aktivitas yang saya hadapi. Dan akhirnya kemenangan didapatkan oleh aktivitas yang menjadi alasan untuk saya tidak menulis lagi.

Tulisan terakhir sebelum tulisan ini berada pada tahun 2014, atau 2 tahun yang lalu. Mungkin 2 tahun ini saya hanya beralasan sibuk untuk tidak menulis.
samhok,

Mari kita coba menulis kembali.

Friday, July 11, 2014

Sebuah Surat Kecil

Salam

Wahai pemimpin. Sesungguhnya tak ada yang tak dipimpin oleh Yang Maha Memimpin. Dan sesungguhnya pula, Bulan setia kepada Bumi dan Bumi setia kepada Matahari, sedangkan Matahari tunduk kepada Ilahi.

Wahai pemimpin. Sesungguhnya menjadi pemimpin bukanlah perkara membalikkan telapak tangan, menjadi pemimpin bukanlah hal yang patut diperebutkan hanya untuk kekuasaan. Karena kekuasaan yang sebenarnya ada pada Yang Maha Kuasa. Dan berebut kekuasaan berarti berebut pertanggungjawaban.

Pertanggungjawaban atas rakyatmu yang kelaparan,
pertanggungjawaban atas rakyatmu yang tak aman,
pertanggungjawaban atas negerimu yang penuh penindasan,
pertanggungjawaban atas negerimu yang belum terlepas dari kemiskinan.
masihkah pemimpin memikirkan kekayaan?
sedangkan yang dipimpin merasakan penderitaan?

Menjadi pemimpin bukan hal yang pantas diperebutkan, melainkan oleh orang-orang yang pantas. Orang-orang yang bahunya sekuat gunung , dan hatinya seluas samudera serta tunduk kepada Yang Maha Pencipta.

Teringat kalimat Ki Hajar Dewantara bahwasannya pemimpin adalah orang yang :
Ing Ngarsa Sung Tuladha
Ing Madya Mangun Karsa
Tut Wuri Handayani

Haruslah seseorang yang bisa menjadi contoh selayaknya menjadi pemimpin. Haruslah seseorang yang bisa membangun semangat semestinya menjadi pemimpin. dan Haruslah seseorang yang patuh akan aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku seharusnya menjadi pemimpin.

Sudahkah anda? sehingga dengan gagah berani menafsirkan diri anda sebagai sosok yang pantas? jika iya, silahkanlah. Bawa kami menuju negeri tanpa kelaparan, bawa kami menuju negeri yang aman, bawa kami menuju negeri yang anti penindasan, bawa kami menuju negeri yang adil dan makmur. Karena hal itulah yang nantinya akan ditanyakan oleh Tuhan.

Janganlah menjadi pemimpin yang kekenyangan dikala rakyatnya kelaparan. Janganlah menjadi pemimpin yang tidur dikala rakyatnya terjaga karena perang saudara. Janganlah menjadi pemimpin yang hidup bermewah-mewahan dikala rakyatnya berkubang dalam lumpur kemiskinan. Bisakah? jika bisa, silahkan bawa Panji-panji Pancasila. Silahkan berdiri gagah menaiki Garuda. dan kibarkan Merah Putih penuh kebanggaan kepada bangsa-bangsa lain di Dunia.

Salam dari kami, salah satu dari rakyat Indonesia.
Semoga anda selalu dalam lindungan-Nya.

Sunday, February 2, 2014

Kemudian

Terlambat....
sesal datang dengan tergopoh-gopoh,
membawa belati yang menusuk tulang rusuknya sendiri, hingga patah sang belati.
hancur tulang rusuknya seperti hatinya yang kini berserakan disana-sini.
bercucuran air mata bercampur darah, mengumpulkan serpihan hatinya yang kini telah mati.
telah menjadi buih buah bibir.

rindunya telah diharamkan, cintanya telah dikaramkan oleh segerombolan preman.

hidup ini teatrikal, prolog sering dikalahkan oleh epilog yang naif, padahal pemirsanya mendamba ending romantis.