Pages

Wednesday, October 26, 2011

"klaks #1" : Dan Aku Selalu Suka

Maaf, Bukan maksudku membuatmu menunggu di depan mesin waktu kala itu
Bukan maksudku juga membiarkanmu kepanasan dibawah hujan yang membuyar semua impian
Aku tak bermaksud....
tak pernah bermaksud...

kamu selalu lucu.. bermain dengan siberian husky diatas salju abadi ketika aurora menampakkan diri
lalu cemberut melihatku terlambat membawakan mawar biru dan ungu pesananmu
kamu begitu lucu..
dan aku selalu suka..

tapi yang kumaksud bukan itu
yang kumaksud adalah caramu mengerti semua ini
caramu berfantasi, tak pernah mengenal toleransi yang tak terantisipasi
dan aku selalu suka

aku tahu kita beda.. bukan apa, melainkan celaka
karena aku tau, aku tak begitu tau 
tentang apa itu cerita yang apa adanya
cerita yang tak mengada-ada.
cerita yang tak tahu apakah berakhir bahagia, 
atau hanya segelintir dosa
sedang kamu begitu memahaminya..
aku tahu itu.
dan aku selalu suka..

aku tersenyum, hampir selalu tersenyum ketika pesan itu datang darimu..
sudah lama ... bisikku pada jasadku yang telah lama menunggu pesan itu.
begitu sederhana, polos, apa adanya..
dan aku selalu suka.

bukan, ini bukan cerita cinta.
atau belum? aku tak pernah tau.
selaksa putaran roda yang tergelincir dari atas gunung yang berpasir.
begitu dinamis kemudian menghapus semua tangis


DAN AKU SELALU SUKA...

-Sakti A N-
jogja. 26-10-11 . 00 : 24

Sunday, October 16, 2011

"First Step"





A : "Ibu, aku melihat air disana, apakah aku bisa menjadi nahkoda?"
I : "Bisa saja, Anakku, kau akan tampak gagah dengan kapal megah mengarungi samudera suatu ketika"

A: "Ibu, Aku juga melihat api disana. apakah aku bisa menjadi seorang pemberani?"
 I: "Tentu saja, Sayangku. kau adalah seorang pemberani yang kelak menolong Ibu dan Ayah di surga"

A: "Ibu, Aku juga merasakan angin di sana. apakah aku bisa terbang bersamanya?"
I : "Bisa, Anakku. Kelak kau akan terbang bersama angin dan mimpi-mimpimu"

A : "Ibu, namun Aku tak melihat tanah disana. apakah aku tak bisa menjadi padat dan kuat?"
I : " Tanah ada dalam dirimu, Anakku. Suatu saat nanti pun, pada tanah kau kembali."

A : "Tapi, Ibu. bagaimana aku bisa melewati semuanya jika berdiri pun aku belum bisa?"
I : "Berikan kedua tanganmu pada Ibu. Ibu akan membantumu hingga kau bisa berlari. selanjutnya, terbanglah tinggi dengan kegagahan, keberanian, dan kekuatanmu sendiri."

A: "Terimakasih, Ibu..."

Thursday, October 13, 2011

"Bekas Perek Seratus Perak"

jikalau kakanda bertanya dimana lipstik adinda, maka disanalah jawabnya.

jikalau kakanda bertanya dimana bedak adinda, maka disitulah jawabnya.

jikalau kakanda bertanya dimana parfum adinda, maka disinilah jawabnya.

namun, jikalau kakanda bertanya dimana keperawanan adinda, maka adinda pun tak tahu dimana jawabnya.



-Sakti A N-
Jogja. 13.10.11
nb : ini fiksi, maaf jika ada kesamaan nama, itu hanya sekedar diksi

Sunday, October 9, 2011

Aku Tahu, Kau juga Tersenyum padaku

hari itu tak seperti hari-hari sebelumnya,
yang hanya kulewati dengan menonton tivi dan sebungkus kuaci
klasik sekali
hari  itu terasa hangat walaupun aku berada di dinginnya pegunungan
Terasa nyaman walaupun aku berada di penghujung zaman
Ya, hari itu aku akan bertemu dirimu, 
yang selama ini tersimpan rapi di hatiku

sudah 5 tahun aku tak menemuimu
semenjak terakhir kali mataku memandang matamu
dan kita tertawa karena kau anggap itu lucu
semenjak bibirku terakhir kali menyentuh keningmu
dan kita tersenyum karena kau anggap itu lucu

kusiapkan bunga yang kan kuberikan padamu
sangat wangi dan berwarna-warni
aku yakin kamu pasti menerimanya 
dengan senang hati

kulangkahkan kakiku memasuki perumahanmu,
hari ini tampak sepi
mungkin para penghuninya tau
bahwasannya kita kan bertemu

lalu aku berhenti tepat di depan rumahmu.
sangat sederhana
namun cukup membuatku
meneteskan air mata

tanpa mengetuk, kuletakkan bungaku
tepat didepan rumahmu
aku tau di dalam sana, kau juga tersenyum padaku
dan bilang bahwa kau merindukanku
di dalam rumah dua kali satu itu

untukmu yang tersimpan rapi dalam hati
kayla keyfani binti syamsul fuadi


-Sakti A N-
Nb : ini fiksi, apabila ada persamaan nama itu hanya kebetulan saja

Wednesday, October 5, 2011

Kisah di balik Sendal Usang

"Hey, kau tahu berapa harga sendal ini?" tanyaku dengan nada penuh kebanggaan. lawan bicaraku hanya menggeleng memberi sinyal ketidaktahuannya terhadap pertanyaan yang kulemparkan.
"500 ribu" jawabku dengan penuh keangkuhan. lalu ia hanya tersenyum mendengar pernyataanku.
 "Jika aku tukar sendalku ini dengan sendal usangmu, entah dapat berapa karung" jawabku mengetusi senyumnya.
ia kembali tersenyum kepadaku lalu kemudian bertanya "Kau tahu berapa harga sendal usang ku ini?" . lalu aku hanya menggeleng sambil meremehkan pertanyaannya.
"Kau tak akan mampu membelinya" jawabnya menimpali sikapku. "Bagaimana bisa? sendal se butut itu?" sahutku.
"Ya jelas" jawabnya. lalu sambil meninggalkanku pria kecil itu berkata "Aku mempertaruhkan nyawaku demi sendal ini, karena untuk membelinya, aku mengorbankan uang untuk makanku sehari-hari" kemudian ia kembali menawarkan koran-korannya di perempatan tamansiswa.

Sakti Aji Nugroho, 5 Oktober 2011.

Terinspirasi dari anak kecil penjual koran di perempatan tamansiswa, jogjakarta.