Pages

Thursday, April 25, 2013

#Syukur

Hari ini, senja menyelam dalam lalu. Menulusuri tapak-tapak bias rasa yang membenalu. Jejak itu bercerita sederhana. Berteriak dalam diam hingga menggema dalam palung relung meraung-raung. Cerita ini cerita singkat tentang perjalanan seorang bajak laut yang menemukan harta karun setelah puluhan tahun, atau tentang padi yang menari dan bernyanyi hingga menguning.

Secarik kertas saya tarik dari tumpukan debu lalu pena mulai menggores kata rindu. Serasa hati ini tak cukup menanggung berton-ton adrenalin yang bergerak bersamaan secepat neuron-neuron yang berkerumun dalam celebrum. Hingga meledak seketika.

Pikiran bergerak sekilat cepat menuju mesin waktu yang telah terbentuk dalam bayang. Menekan tombol-tombolnya dan bergerak mundur ke masa lalu. Saya melihat riang terbawa angin dan bersenang-senang disana, lalu kemudian hilang dihempas badai hingga riang dan senang kemudian menjadi kelam dan suram.

Menebak takdir Tuhan, mencoba menerka apa yang difikirkan oleh Yang Maha Berfikir. Mungkin riang dan senang di masa itu bukanlah yang terbaik untuk saya. Lalu tanda tanya muncul seketika di dalam kepala. Kenapa kita tak pernah bisa terbang dari bayang masa silam (?) tak pernah bisa melarikan diri dari rindu yang hakiki (?)

Syukur menjawab semuanya, menjawab bahwasannya harta karun yang dicari bajak laut selama puluhan tahun adalah masa depan, dan padi harus bersabar untuk menjadi emas. Kemudian saya kembali menekan tombol mesin waktu dan kembali ke masa kini, terlihat disana kesenangan yang luar biasa, yang selama ini tak terlihat karena tertutupi awan gelap yang bernama nafsu. nafsu untuk ingin memiliki segalanya tanpa berterimakasih akan apa yang telah diberi oleh-Nya, dan saya terjatuh dan tersungkur dalam sujud...... syukur.

Sakti Aji Nugroho
Yogyakarta
25 April 2013