Pages

Monday, May 27, 2013

Sebuah Opini tentang Social Media

Saya sekedar ingin berpendapat tentang beberapa kejadian di jogja kemarin. Tentang sakralnya sebuah peribadahan di Borobudur yang kemudian dihiasi konflik antara wisatawan dan rohaniwan, lalu tentang locstockfest2 yang berakhir sangat tragis (Semua pasti tau mengenai meninggalnya ketua panitia acara tersebut)
Kedua kejadian tersebut tak lepas dari sumbangsih social media, dimana kita terlalu mudah untuk menghakimi, terlalu simpel untuk mencaci maki kemudian seluruh dunia mengetahui.
Seperti api dan air, dalam kapasitas kecil, kedua benda tersebut adalah teman yang bermanfaat bagi kehidupan, namun dalam kapasitas yang besar api dapat membumihanguskan , air dapat menghancurleburkan.
Tidak munafik, saya juga sempat terbawa emosi dengan beberapa statement orang2 mengenai kedua hal tersebut, namun setelah meninggalnya alm. Yoga Kebo, saya tersadarkan akan sesuatu yang belum pernah saya temui selama saya hidup, bahwa "Penghakiman yang berlebihan melalui social media adalah sesuatu yang sangat berbahaya" setara dengan pembunuhan, penghasutan, pencorengan nama baik yang tidak dapat dipungkiri lagi. Padahal beberapa statement yang dikeluarkan merupakan opini dari satu atau dua orang yang kemudian menjadi opini publik dan berakhir caci maki dan penghakiman publik.
Manusia mana yang tahan dengan hal seperti itu, hukuman yang lebih berat dibandingkan dengan seumur hidup dipenjara. Yang bersangkutan akan merasa sangat tertekan karena seluruh dunia dapat mengetahui aibnya, aib berupa materi yang tidak setara jika dibayar dengan nyawa.
Social media yang seharusnya menjadi sarana bersenang-senang dan berhubungan dengan orang lain sehingga menjadi lebih mudah, disalahgunakan menjadi sebuah senjata yang bernama opini publik yang kemudian menghancurkan seseorang padahal hal tersebut belum tentu benar adanya.

Dalam kasus Borobudur, social media memecah opini publik, di satu sisi membela dan di lain sisi menjatuhkan. Pemecahbelahan opini bak strategi politik VOC "Devide et impeera" atau "Politik Adu Domba" dalam versi modern secara tidak kita sadari.

Saya mengajak, mari kita kembalikan fungsi social media sebagaimana mestinya dan porsinya. Kita adalah bangsa terpelajar yang berpikir sebab dan akibat dari apa yang kita lakukan. Kemerdekaan berpendapat adalah mutlak, namun berpikirlah secara logis apabila pendapat anda dapat membunuh orang lain. Nasi telah menjadi bubur, hal tersebut seharusnya kita jadikan pelajaran yang sangat berharga.

Salam.

#Nb : Saya turut berbelasungkawa atas meninggalnya almarhum Yoga Kebo, semoga amal ibadahnya diterima di sisi-Nya. Amin

Ketika Ngantuk Di Kelas......


Embrio Babi Hutan dari Konoha yang Dikawini Tikus Got kemudian Ikut Masterchef


Buaya Bermulut Anjing Bercerita Banyak tentang Angsa yang Kawin Lari


Kungfu Panda bersama Pikachu Bermain Bola kemudian Midak Sepur sampai Peyok

Cerita semangka, melon, dan beberapa saksi mata.