Pages

Sunday, January 20, 2013

Cerita di Abra Acala

Kamayan, aji diantara nafas ambegan.
Puluhan nyawa terhempas angin kamayan.
Mindhak punden berundak.
sekethip-sekethip hingga dewi sri memberi pati.
Sri Panduka Begalang Timur bertitah untuk kita tak berulah.

Turunlah Ia wahai Pengampun Dosa-Dosa.
Kami parajaya tak pernah berdiam.
Berseteru kepada bisu yang membungkam sama lain.
Di Abra Acala, mata terbungkam bisu.
Tak percaya apa yang dilihatnya tiada.
Tak mengerti apa yang didengarnya tak pasti.

Runtuhlah Abra Acala dengan segala kemegahannya.
Matilah raktyatnya dengan segala mimpi-mimpinya.
Di puncak Abra Acala tak pernah ada sisa.
Hanya potongan kepala yang berserakan sini-sana.

Ia mati,
Tak pernah lagi warna-warni.

-Sakti Aji Nugroho-
Yogyakarta, 20 Januari 2013.

No comments:

Post a Comment