Pages

Tuesday, March 27, 2012

Sahabat-Sahabat sampai Akhir Hayat

dulu kita seperti gerbong kereta yang kemana-mana selalu bersama.
terkadang Nanda lokomotif dan Aku masinisnya.
dan Manggala pura-pura jadi relnya.
kemudian Wisnu mengatur perlintasan kereta dengan rapinya.
Jaza dengan gemuruh mencoba menjadi klakson keretanya.

tujuan kita berbeda.
dimana tempat yang bernama CITA-CITA itu berada.
Nanda ke Milan, Manggala ke Paris, Jaza ke Barcelona, dan Wisnu tersohor di Amsterdam.
namun pada saatnya kita bertemu di Stasiun Tugu suatu masa.

dengan wajah gembira, kita saling tertawa.
menertawai Wisnu yang sekarang gemuk seperti badut kowawa,
dan Jaza yang giginya tinggal dua,
Nanda datang membawa parang, habis bunuh orang candanya.
Manggala istrinya dua. yang satu muda yang satu sudah tua.

kala itu kita bertemu di waktu dhuha,
ingin rasanya menghabiskan waktu sampai senja.
sampai malam dan menutup mata.

sajak ini untuk sahabat-sahabat sampai akhir hayat.

Yogyakarta, 27-03-2012
Sakti Aji N

Sunday, March 18, 2012

coscienza

seperti sebuah pertanda yang bercerita tentang dunia yang selama ini sirna. hilang, lalu terbang ditiup angin utara yang kebingungan mencari selatan. lalu kembali lagi ke utara.
samudra terlalu sempit untuk seorang anak kecil yang bermimpi untuk mengarunginya. dunia terlalu mengada-ada. mengada-ada apa yang seharusnya tak ada.
sekarang bukan saatnya meratapi nasib yang hilang seketika, atau nasib yang tenggelam dalam lautan penyamun yang haus akan wanita, selalu saja terdiam pada suatu masa dimana kekosongan itu terlihat nyata didepan mata.
anggur itu terlihat memerah, seperti memanggil-manggil untuk aku memetiknya, begitu sempurna sampai aku melihat sesuatu menggeliat didalamnya.

selamanya akan sirna, selamanya akan percuma. ketika angin utara menemukan selatan. lalu ia meniupkan rasa rindu atlantik ke antartik, begitu rindunya mereka. terkadang terbayang bagaimana cinta jerman barat kepada jerman timur lalu bagaimana rasa cinta itu meruntuhkan tembok berlin. begitu kuat hingga tak ada satu orang pun yang mampu melarangnya
sedikit gembira ketika semua yang tersisa hanyalah cinta. tak pernah tersisa rasa benci antar manusia dalam cakrawala diantara elegi asmara.

dunia kedewasaan selalu menghasut untuk masuk kedalamnya, tak pernah sekalipun ia meminta seorang anak kecil untuk terus tinggal di dalam tubuh rentanya. atau seorang balita tetap di dalam manula. ah, sepertinya itu yang banyak terjadi dewasa ini.
ibu selalu berkata bahwa cinta itu nyata, tetapi kadangkala cinta tak selamanya hadir ketika melodi asmara tak pernah mulai didendangkan. atau lamunan-lamunan tentang dua sejoli yang mengikat hati tak pernah ia rasakan.

selembar sketsa wajah yang selama ini tersimpan dalam lemari. selalu mengingatkan pada masa yang tak pernah kembali. masa itu pergi tanpa mengerti jika banyak orang ingin kembali kepadanya.
kehilangan masa itu seperti lupa menaruh permata, lalu menyesali tak terkira.

Kemarin

"Setiap orang diciptakan berbeda, pada sifat, pada hati, pada sikap, ataupun pada caranya berbuat. Pada caranya tersenyum, pada caranya tertawa, pada caranya terluka ataupun pada caranya tersenyum menyembunyikan luka. Semuanya berbeda"