Pages

Sunday, March 18, 2012

coscienza

seperti sebuah pertanda yang bercerita tentang dunia yang selama ini sirna. hilang, lalu terbang ditiup angin utara yang kebingungan mencari selatan. lalu kembali lagi ke utara.
samudra terlalu sempit untuk seorang anak kecil yang bermimpi untuk mengarunginya. dunia terlalu mengada-ada. mengada-ada apa yang seharusnya tak ada.
sekarang bukan saatnya meratapi nasib yang hilang seketika, atau nasib yang tenggelam dalam lautan penyamun yang haus akan wanita, selalu saja terdiam pada suatu masa dimana kekosongan itu terlihat nyata didepan mata.
anggur itu terlihat memerah, seperti memanggil-manggil untuk aku memetiknya, begitu sempurna sampai aku melihat sesuatu menggeliat didalamnya.

selamanya akan sirna, selamanya akan percuma. ketika angin utara menemukan selatan. lalu ia meniupkan rasa rindu atlantik ke antartik, begitu rindunya mereka. terkadang terbayang bagaimana cinta jerman barat kepada jerman timur lalu bagaimana rasa cinta itu meruntuhkan tembok berlin. begitu kuat hingga tak ada satu orang pun yang mampu melarangnya
sedikit gembira ketika semua yang tersisa hanyalah cinta. tak pernah tersisa rasa benci antar manusia dalam cakrawala diantara elegi asmara.

dunia kedewasaan selalu menghasut untuk masuk kedalamnya, tak pernah sekalipun ia meminta seorang anak kecil untuk terus tinggal di dalam tubuh rentanya. atau seorang balita tetap di dalam manula. ah, sepertinya itu yang banyak terjadi dewasa ini.
ibu selalu berkata bahwa cinta itu nyata, tetapi kadangkala cinta tak selamanya hadir ketika melodi asmara tak pernah mulai didendangkan. atau lamunan-lamunan tentang dua sejoli yang mengikat hati tak pernah ia rasakan.

selembar sketsa wajah yang selama ini tersimpan dalam lemari. selalu mengingatkan pada masa yang tak pernah kembali. masa itu pergi tanpa mengerti jika banyak orang ingin kembali kepadanya.
kehilangan masa itu seperti lupa menaruh permata, lalu menyesali tak terkira.

No comments:

Post a Comment