Pages

Thursday, August 29, 2013

Seandainya Tak Ada Batas Ruang dan Waktu

Seandaninya tak ada batas ruang dan waktu, akan kutunggu dirimu sampai robek sepatuku. Kusalami pelangi satu-satu sampai hilang terganti senja, lalu malam kembali ke Mentari. Pada dasarnya, dasar akan selalu dasar dan terkadang hanya datar. Tapi tak begitu cintaku pada semburat Bulan yang menengadah meniupkan fluid-fluid anggun ditengah lautan gelap yang diteranginya.

Seandaninya tak ada batas ruang dan waktu, apa dayaku pada senyuman semanis pagi yang menyapa tanpa alas kaki. Selihai bidadari menari diatas arus mainstream namun terpeleset dan masuk di pusaran kita. Itu takdir.

Seandainya tak ada batas ruang dan waktu, mana bisa aku menahan rindu yang melulu dibatasi tembok-tembok tua nan hina. Dibatasi rel kereta yang dipagari jeruji besi hingga kunang-kunang pun tak bisa melewati. Aku heran, pada Bulan yang setia menunggu 30 hari sampai ia menjadi bulat dan sehat. Aku? sedetikpun.

Seandainya tak ada batas ruang dan waktu, mengandai pun aku tak sanggup.

Yogyakarta, 29 Agustus 2013.

No comments:

Post a Comment